Aku Belajar dari Mereka
Aku belajar dari mereka, dimana tak satu pun masalah terselesaikan dengan amarah yang membabi buta.
Aku belajar dari mereka, dimana ada hal lain yang lebih penting untuk diutamakan dari sekedar ego semata.
Aku belajar dari mereka, dimana memaafkan kesalahan besar membutuhkan perjuangan yang juga besar.
Aku belajar dari mereka, dimana usaha dalam bangkit dari kegagalan lebih mulia dari meratapinya.
Aku belajar dari mereka, dimana mencintai apa adanya ternyata lebih nikmat daripada mengejar harta.
Aku belajar dari mereka, dimana memperjuangkan segalanya dengan jerih payah dari sebuah usaha akan membuatku merasa berharga.
Aku belajar dari mereka... tentang apa yang bisa kumasukkan dalam bagian panjang hidupku... untuk masa yang berjaya
Memahamiku
Kamu penikmat malamku..
yang membisikkan suara merdu mengusik sanubariku..
Lirikan mata itu selalu menentramkan batinku..
Sapuan jemari itu selalu meredamkan amarahku..
Belajar dari mana kamu akan semua itu?
Bisa-bisanya meluluh-lantakkan emosiku tanpa usaha yang berarti..
Atau mungkin kamu terlahir dengan bakat memahamiku?
Begitulah Aku Memandangmu
Aku memandangmu kamu..
sebagai seorang luarbiasa
yang merebut hatiku..
membangunkan aku di saat terjatuh..
menenangkan aku di saat semua seakan runtuh..
mendamaikan aku di saat mereka kisruh..
menghangatkan aku di saat tak satupun selimut berhasil bagiku..
meramaikan hariku di saat semua semu dan menjemu..
Kamu.. begitulah aku memandangmu..
menyemarakkan kicauan burung yang terhenti tak menentu
mengembalikan yang hilang dan menemukan percikan asmara itu..
Kamu.. begitulah aku memandangmu..
membuatku tersenyum hanya dengan melihatmu tersenyum
membuatku terluka hanya dengan melihatmu terluka..
Ya.. begitulah aku memandangmu..
KACAMATA PEMUJA HATI
Aku menatap dari kegelapan..dan kamu tetaplah terang
pancaran itu tiada tara..
menarik jiwa ke sudut yang berbeda..
Bahkan biasanmu tetap memancar..
memperjelas aroma sedap.. yang menghauskan raga yang kusam..
Titik titik air muka yang begitu menggiurkan
menyibakkan keharu-biruan yang seakan terserap sesaat..
Mereka memujamu..tapi kamu hanya memberikan sinaran untukku..
Apa aku beruntung? atau sangat beruntung..
Tutur katamu memberi isyarat tak ternilai, mungkin aku memang beruntung..
atau kamu yang sangat beruntung..
AWAN DAN HATI YANG SENDU
Pujangga pagi menatap langit bertaburan awan
Dia bergumam sambil berdecak
Langit mana yang lebih indah daripada langit yang membentuk wajah itu
Mungkin dirinya merindu dalam kalbu
Seakan menyatakan hati sesakit-sakitnya dan sendu
Sang awan berjalan perlahan dari tatapannya
Mau kemana ia melangkah, sejauh apapun..dia tetap indah
Dan berjanjilah akan tetap indah
Walau mata ini sudah tidak sanggup menatap lagi..
Dan pasti dirinya tetap merindu
SEPERTI MATI
BAGAIKAN RATU DAN RAJA
POHON UNTUK BADAI
TERAMBING
TATAPAN SENJA
Aku belajar dari mereka, dimana tak satu pun masalah terselesaikan dengan amarah yang membabi buta.
Aku belajar dari mereka, dimana ada hal lain yang lebih penting untuk diutamakan dari sekedar ego semata.
Aku belajar dari mereka, dimana memaafkan kesalahan besar membutuhkan perjuangan yang juga besar.
Aku belajar dari mereka, dimana usaha dalam bangkit dari kegagalan lebih mulia dari meratapinya.
Aku belajar dari mereka, dimana mencintai apa adanya ternyata lebih nikmat daripada mengejar harta.
Aku belajar dari mereka, dimana memperjuangkan segalanya dengan jerih payah dari sebuah usaha akan membuatku merasa berharga.
Aku belajar dari mereka... tentang apa yang bisa kumasukkan dalam bagian panjang hidupku... untuk masa yang berjaya
Memahamiku
Kamu penikmat malamku..
yang membisikkan suara merdu mengusik sanubariku..
Lirikan mata itu selalu menentramkan batinku..
Sapuan jemari itu selalu meredamkan amarahku..
Belajar dari mana kamu akan semua itu?
Bisa-bisanya meluluh-lantakkan emosiku tanpa usaha yang berarti..
Atau mungkin kamu terlahir dengan bakat memahamiku?
Begitulah Aku Memandangmu
Aku memandangmu kamu..
sebagai seorang luarbiasa
yang merebut hatiku..
membangunkan aku di saat terjatuh..
menenangkan aku di saat semua seakan runtuh..
mendamaikan aku di saat mereka kisruh..
menghangatkan aku di saat tak satupun selimut berhasil bagiku..
meramaikan hariku di saat semua semu dan menjemu..
Kamu.. begitulah aku memandangmu..
menyemarakkan kicauan burung yang terhenti tak menentu
mengembalikan yang hilang dan menemukan percikan asmara itu..
Kamu.. begitulah aku memandangmu..
membuatku tersenyum hanya dengan melihatmu tersenyum
membuatku terluka hanya dengan melihatmu terluka..
Ya.. begitulah aku memandangmu..
KACAMATA PEMUJA HATI
Aku menatap dari kegelapan..dan kamu tetaplah terang
pancaran itu tiada tara..
menarik jiwa ke sudut yang berbeda..
Bahkan biasanmu tetap memancar..
memperjelas aroma sedap.. yang menghauskan raga yang kusam..
Titik titik air muka yang begitu menggiurkan
menyibakkan keharu-biruan yang seakan terserap sesaat..
Mereka memujamu..tapi kamu hanya memberikan sinaran untukku..
Apa aku beruntung? atau sangat beruntung..
Tutur katamu memberi isyarat tak ternilai, mungkin aku memang beruntung..
atau kamu yang sangat beruntung..
AWAN DAN HATI YANG SENDU
Pujangga pagi menatap langit bertaburan awan
Dia bergumam sambil berdecak
Langit mana yang lebih indah daripada langit yang membentuk wajah itu
Mungkin dirinya merindu dalam kalbu
Seakan menyatakan hati sesakit-sakitnya dan sendu
Sang awan berjalan perlahan dari tatapannya
Mau kemana ia melangkah, sejauh apapun..dia tetap indah
Dan berjanjilah akan tetap indah
Walau mata ini sudah tidak sanggup menatap lagi..
Dan pasti dirinya tetap merindu
SEPERTI MATI
Terdiam disini kini aku seperti mati
Meratapi apa yang sulit kuhadapi..
Aku terjangkit pada satu yang terlalu sering terjadi
Ingin aku tak peduli, tapi bersyukur masih diberi nurani
Jalanku bertepi di sebelah kiri
Memahatkan jiwa di satu sudut yang berapi
Karena air tak kunjung kembali
Lalu akan kupahatkan makna di hati
Yang sukar untuk mengikrarkan janji..
BAGAIKAN RATU DAN RAJA
Mata ini memandang menuju singgasana yang tak tercapai
Tangan ini meraih, memainkan jari untuk mendapatkan kemenangan
Kepala ini terangkat, menunjukkan keangkuhan yang seakan menaikkan derajat
Apabila karena kebaikan itu terjadi..
Lumpuhkanlah segala nestapa ini, lalu ketika terpuruk
akan menjadi suatu beban yang tak mungkin sirna hanya dengan memetik jari POHON UNTUK BADAI
Angin itu berhembus menjemput badai
Burung pun beterbangan menyambutnya..
Sambutan itu memang sungguh tak menyenangkan
Sambutan dari burung yang mengutuk akan datangnya badai
Pohon kecil itu tegap berdiri, seakan berusaha menahan raga yang rapuh
karena terguncang jiwanya..
Seandainya saja ada pohon yang lebih kuat untuk melindungi
Sebenarnya ada, hanya saja kali ini pohon itu tidak peduli..
Seekor merpati hinggap di dahan yang sesungguhnya sudah tak kuasa lagi untuk menahan
Ia berbisik namun menghayati..
Seakan mencoba untuk merajut asa yang terbengkalai
di antara semerawutnya dunia..
Mungkin merpati itu ingin mengembalikan perjuanganku yang terhenti,
karena pohon besar yang begitu saja meninggalkan pohon kecil seperti aku..
Hanya demi membasuh ego nya yang merajai hatinya dan jiwanya
yang dulu terkait olehku.. TERAMBING
Seperti terambing saat aku terjebak
Maka basuhlah diri ini saat malam terjaga
Senjaku menangis terdesah, menangis meratapi malam menggantinya
Tatap saja langitku, hanya kata sabar bagi senjaku
Kini malam bersimpuh dan mengais pada kenyataan
Lalu haruskah ada yang dipilih, antara sakit yang kucinta dan bahagia yang hampa
Dan bila mimpi berpijak di damainya jagat
Saat itulah nurani berucap, walau hanya di batas khayal
Dan sesudahnya tetaplah gontai..
Hampa ini ada, asa ini pun bermakna..
Hanya teringkai lalu jatuh merata..
Berdirilah dan ucapkan apa yang terukir dalam hati yang lara
Dan bila mimpi berpijak di damainya jagat
Saat itulah nurani berucap, walau hanya di batas khayal
Dan sesudahnya tetaplah gontai..
Hampa ini ada, asa ini pun bermakna..
Hanya teringkai lalu jatuh merata..
Berdirilah dan ucapkan apa yang terukir dalam hati yang lara
TATAPAN SENJA
Nadi dan jantungku menjadi satu dalam nafasku
Seperti dedaunan yang dijatuhi embun di pagi hari, saat matahari terbit
Saat hatiku, jiwaku dan ragaku belum redup oleh langit merah yang tenggelam dalam hitam
Kujaga selalu keindahan itu dan kujadikan air yang membasuh amarahku
Karena aku ingin berjalan menapak di antara pasir tanpa kerikil
Aku pikir itu sempurna.. melupakan dan menghempaskan sejenak luka itu
dari goresan yang kuharap tak ada lagi saat titisan dewa menemaniku
Dan akan kudekap selalu bahagia itu, bersama semua yang menegapkan aku..
Awan kelabu itu menggambarkan aku, yang berharap kamu mewarnai dengan warna seindah pelangi, yang berharap kamu menyinari secerah pagi yang mengiringi.
Setiap hela nafas ini selalu berujung air mata, selalu lemah dan tidak berdaya. Apa kamu bisa melihat dan lalu menyadari? Betapa tawa yang dulu hilang sangat aku nanti. Betapa usapan tangan yang menyejukkan sangat aku cari.
Aku sang perempuan yang merindukan lelakinya. Lelaki yang memberiku harapan dan kasih sayang nyata. Yang kini telah berbelok arahnya. Yang kini sulit untuk kumengerti jalan pikirannya.
Kata demi kata terlontar dari bibir yang penuh amarah. Amarah itu karena keputus-asaan yang menghantui setiap malam. Amarah karena rasa rindu yang berlebihan. Kenapa mengerti kamu sesulit mencari sebuah jarum di antara jerami?
Dan aku memulai lagi dengan sempurna. Setiap tatapan hampa yang kupaksa merona. Setiap sisa semangat yang disertai keyakinan. Setiap gerak langkah yang menapak di antara goresan luka. Apa sudah cukup membuatmu mengerti?
Coba dengar setiap jeritan yang tidak mungkin terlontarkan. Dari mata ini sudah cukup jelas terlihat. Aku lelah melihat diri ini menangis. Aku lelah untuk memendam rasa yang menyayat hati. Tapi aku tidak pernah lelah menanti pancaran senyum dari wajah itu.
Dan suatu saat nanti, aku dan kamu akan memahami ternyata setiap cobaan yang melukai, setiap hinaan yang menghakimi, adalah kekuatan untuk bertahan. Karena Tuhan menginginkan kita satu, maka aku akan bertahan.
HEY KAMU,
Kamu yang penuh dengan ego. Selalu menginginkan segalanya tanpa memikirkan dampaknya.Selalu mengesampingkan perasaan demi dunia yang fana. Dunia yang kamu bilang indah. Dunia yang penuh dengan manusia-manusia palsu yang hanya ada saat kenikmatan itu ada. Dan mereka akan lupa. Lupa dan membuang jauh kamu saat jenuhnya mereka. Mungkin sesekali kamu perlu melihat aku. Yang selalu menatap kamu walaupun hanya dari belakang. Yang selalu menunggu kamu pulang dan membawa lagi kehangatan. Yang tidak akan melupakan walaupun banyak alasan yang seharusnya membuat aku melupakan. Atau aku harus seperti kamu. Yang menghancurkan semua yang telah terjalin sempurna. Yang mengabaikan lalu berkelana kemana saja. Mungkin itu nikmat. Mungkin itu menyenangkan. Tapi kenyataannya, yang paling menyenangkan itu hanya saat aku dan kamu, bersama.
HARAPAN DAN KENYATAAN
Tatapan mata yang sendu itu memang tak pernah bisa menutupi goresan dan cabikan yang teramat dalam. Semuanya di luar logika. Semuanya tanpa perasaan. Seperti kertas putih yang ternodai tinta. Tinta yang salah dan tidak akan pernah terhapus. Apa yang diperkirakan selalu salah. Selalu melintang dan jauh dari harapan. Mungkin ini tentang kamu, atau mungkin juga tentang aku. Kita seperti secangkir kopi panas yang terkadang manis dan terkadang pahit. Kata yang terucap seringkali tajam. Pandangan yang terlihat seringkali muram. Ini sekarang, karena dulu tidak. Tunjukkan pisau apa yang kamu sembunyikan, parang apa yang kamu persiapkan, lalu kapan kau mulai menerjang. Aku mungkin siap, mungkin juga tidak.
AKU, KAMU DAN MIMPI
Mimpi itu penuh raut muka kenyamanan
yang selalu hilang saat terbangun
Mimpi itu kamu yang dipenuhi rasa sayang
tapi menyurut ketika di dunia nyata
Kamu itu mimpi yang telah berlalu
yang meninggalkan kebahagiaan terdalam
Kamu itu mimpi yang terlalu cepat berubah
yang tanpa beralasan dan menyakitkan
Aku adalah pemimpi yang terlalu terbuai dengan kamu
Yang memberikan harapan sebuah ketenangan
Aku adalah pemimpi yang terlalu percaya tentang kamu
Yang lalu menghancurkan dan menenggelamkan